Senin, 07 Mei 2012

Pematahan Dormansi


LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
ACARA VII ( PEMATAHAN DORMANSI )


 








OLEH
RIZKAN ZULIASDIN
NO.  MAHASISWA : C1M009020
KELOMPOK            : 1/5


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
 2011
A.    Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mempelajari beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.
B.     Pelaksanaan Praktikum
1.      Waktu Praktikum
Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini dilaksanakan pada tanggal 13 mei 2011.
2.      Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini dilaksanakan di  Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
C.    Tinjauan Pustaka
Pengamplasan merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan. Biji akan bekecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudimentatau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan atau impermeable atau adanya penghambat tumbuh. Ada beberapa alasan benih tidak berkecambah bila dilihat dari kondisi morfologinya:
                                i.            Benih keras (hard seed), yaitu benih yang mengalami imbibisi. Hal ini dapat terjadi karena kulit benih impermeable terhadap air atau tekanan osmosis air tinggi sehingga air tidak dapat masuk dalam benih.
                              ii.            Benih segar tidak berkecambah (fresh ungerminated seed) yaitu benih yang telah berimbibisi tetapi tidak dapat berkecambah karena sebab lain.  
                            iii.            Benih busuk (rot seed), yaitu benih yang telah berimbibisi menjadi busuk karena terserang oleh penyakit benih.
Benih mati (dead seed), yaitu benih yang embrionya tidak berfungsi atau mati (Idris, 2003:44).
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme (Kamil, 1984).
Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih dari famili Leguminosae (Sutopo, 2010).
D. Alat dan Bahan Praktikum
1.      Alat Praktikum
a.                               alat tulis
b.                              pinset
c.                               kertas amplas
d.                              cawan petri
e.                               stopwatch
f.                               panci aluminium
g.                              kompor listrik
h.                              gelas beaker
2.      Bahan Praktikum
·         Substrat kertas merang
·         Benih lamtoro
·         Larutan KNO3, H2SO4, HCl, Alkohol, Air panas 50ºC. Air panas 70ºC
.
D.    Cara kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1.      Benih lamtoro sebanyak 75 buah disiapkan.
2.      Larutan Kalium Nitrat 3 gelas disiapkan.
3.      Tiap 25 biji lamtoro dimasukan kedalam masing-masing gelas.
4.      Perendaman dilakukan selama 5 menit.
5.      Lalu benih diangkat dari kalium nitrat dan diletakan pada cawan petridish.  
6.      kemudian dilakukan pengamatan selama 2 minggu.

E.     Hasil Pengamatan ( dan Perhitungan )
KLP
Perlakuan
Ulangan
Normal
Mati
Dorman
1
Pemotongan
I
14
0
11


II
16
2
7


III
14
0
11
2
Pengamplasan
I
24
1
-


II
25
-
-


III
25
-
-
3
KNO3
I
11
-
14


II
18
-
7


III
18
-
7
4
Kontrol
I
16
-
9


II
12
-
13


II
14
-
11
5
H2SO4
I
12
11
-


II
10
14
-


III
12
-
-
6
HCl
I
16
1
8


II
13
1
11


III
17
-
8
7
Alkohol
I
0
5
20


II
0
10
15


III
0
6
19
8
Air panas 50◦ C
I
4
-
6


II
11
-
8


III
-
-
4
9
Air panas 70◦C
I
21
-
2


II
20
-
3


III
22
-
2

Perlakuan HCl :
1. Ulangan I
       Benih normal :
       Mati :               
       Dorman :
2. Ulangan II
       Benih normal :
       Mati :
       Dorman :
3. ulangan III :
       Benih normal :
       Mati : -
       Dorman :

F.     Pembahasan
      Dari hasil pengamatan perlakuan pematahan dormansi benih dengan mekanik menunjukkan bahwa perlakuaan pengamplasan, pematahan dormansinya lebih bagus dibandingkan dengan perlakuan yang lain dimana jumlah yang normal berkecambah berjumlah 24, 25, 25 dengan 3 kali ulangan. Hal ini disebabkan oleh teknik pengamplasan yang dapat menipiskan kulit biji sehingga masuknya  air dapat terjadi sebagai awal dari suatu proses perkecambahan. Pematahan dormansi perlakuan pemotongan lebih bagus dibandingkan dengan benih yang hanya dibiarkan memecahkan masa dormannya sendiri (kontrol) walaupun hasilnya tidak berbeda jauh. Tujuan dari pemotongan dan pengamplasan ini adalah agar kulit biji yang keras dapat dilemahkan sehingga lebih permeable terhadap air dan gas.
      Sedangkan untuk perlakuan kimia yang menunjukkan pematahan dormansi yang lebih bagus yaitu Asam Klorida (HCl) dan Kalium Nitrat (KNO3) walaupun hasilnya tidak berbeda jauh. Perlakuan Asam Sulfat (H2SO4) yaitu 12,10,12 lebih bagus jika dibandingkan dengan Alkohol 0,0,0 (tidak ada berkecambah) dengan tiga ulangan. Alkohol yang mana menunjukkan benyaknya benih yang masih dorman. Perlakuan dengan larutan kimia ini bertujuan untuk melunakkan kulit biji sehingga air dapat masuk ke dalam biji.
      Dan yang terakhir merupakan  perlakuan  pemanasan dengan air panas bersuhu 50ºC dan 70ºC. Perlakuan yang menunjukkan hasil pemecahan dormansi lebih bagus adalah air bersuhu 70ºC dibandingkan dengan pemanasan dengan 50ºC. Hal ini disebabkan oleh kulit biji yang terlalu keras sehingga apabila direndam pada air bersuhu 50ºC tidak terlalu melunakkan kulit biji, sedangkan perendaman dengan suhu 70ºC akan lebih cepat melunakkan kulit biji. air panas 70o C juga pematahan dormansinya cukup bagus dan hampir setara dengan perlakuan pengamplasan yaitu jumlah yang berkecambah 21, 20 22 dengan tiga ulangan. Perlakuan pemanasan dengan air panas ini  bertujuan untuk memudahkan air masuk kedalam benih.
G.    Kesimpulan
·   Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemotongan, pengamplasan, perendaman dalam larutan kimia, dan perendaman dengan air panas.
·   Cara pematahan dormansi yang lebih bagus adalah dengan pengamplasan dibandingkan dengan pemotongan.
·   Cara pematahan dormansi yang lebih bagus adalah dengan perlakuaan larutan Asam Klorida (HCl) dan Kalium Nitrat (KNO3) dibandingkan dengan perlakuan kimia yang lain walaupun hasilnya tidak terlalu jauh.
·   Dan cara pematahan dormansi dengan perendaman pada air panas yang lebih bagus adalah dengan perendaman dalam air bersuhu 70ºC dibandingkan dengan air bersuhu 50ºC.

Daftar pustaka
Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya: Bandung.
Idris, 2003. Dasar-Dasarr Teknologi Benih. Universitas Mataram: Mataram.
Sutopo, Lita, 2010. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar